Makna Pengulangan Kalla> Sawfa Ta’lamu>n dan Latarawunna dalam Surah al-Taka>thur (Studi Penafsiran Bint al-Sha>t}i’ dalam Kitab al-Tafsi>r al-Baya>ni> li al-Qur’an al-Kari>m)
Abstract
ABSTRAK
Misbahul Ramadhani, 2021. Makna Pengulangan Kalla> Sawfa Ta’lamu>n dan Latarawunna dalam Surah al-Taka>thur (Studi Penafsiran Bint al-Sha>t}i’ dalam Kitab al-Tafsi>r al-Baya>ni> li al-Qur’an al-Kari>m). Skripsi, Jurusan Qur’an HadisFakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda. Penelitian ini dibimbing oleh H. Bunyamin, Lc, M.Ag dan Hudriansyah, Lc, MA.
Pengulangan (tikra>r) merupakan salah satu mukjizat al-Qur’an yang selalu menarik untuk dikaji. Pengulangan (tikra>r) merupakan salah satu metode yang digunakan al-Qur’an untuk menyampaikan pesan yang terkandung di dalam ayatnya. Salah satu mufassir modern ahli di bidang sastra yang mengkaji al-Qur’an dari sudut pandang linguistik (bahasa) dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dari segi baya>n-nya adalah ‘A<ishah ‘Abd al-Rah}ma>n Bint al-Sha>t}i’ dengan kitab tafsirnya yang berjudul al-Tafsi>r al-Baya>ni> li al-Qur’an al-Kari>m. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap rahasia makna dan pesan yang terkandung di balik pengulangan redaksi ayat maupun kata dalam surah al-Taka>thur, yakni pengulangan kalla> sawfa ta’lamu>n dan latarawunna agar dapat mengambil pelajaran dari pesan Allah yang terkandung di dalamnya.
Jenis penelitian ini adalah kepustakaan (library research). Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan linguistik dengan sumber data yang meliputi; sumber primer (kitab al-Tafsi>r al-Baya>ni> li al-Qur’an al-Kari>m) dan sumber sekunder (karya-karya yang memiliki relevansi dengan pengulangan (tikra>r) dalam al-Qur’an). Dalam mencari dan mengolah data, metode kepustakaan selanjutnya akan dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analisis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengulangan (tikra>r) dalam alQur’an terbagi menjadi dua, yaitu tikra>r al-lafz}i wa al-ma’na> dan tikra>r fi> al-ma’na> du>na al-lafz}i. Berdasarkan dua pembagian ini, ditemukan pengulangan dari segi huruf, kata, dan redaksi ayat dalam al-Qur’an. Adapun kaidah-kaidah pengulangan (tikra>r) dalam al-Qur’an terbagi menjadi 7. Dalam hal ini, pengulangan redaksi ayatmaupun kata dalam surah al-Taka>thur ayat 3-4 dan 6-7 (pengulangan kalla> sawfa ta’lamu>n dan latarawunna) termasuk dalam kaidah kelima, yaitu pengulangan yang menunjukkan adanya perhatian atas hal tersebut. Terkait makna yang terkandung di balik pengulangan ayat tersebut, Bint al-Sha>t}i’ berbeda pendapat dengan ulama tafsir lainnya. Menurut Bint al-Sha>t}i’, khita>b (pesan) ayat 3 dan 4 bukan berkisar pada waktu dan tempat maupun ditujukan kepada suatu golongan tertentu. Akan tetapi, menunjukkan atas sebuah peringatan yang ditujukan kepada siapa saja yang lalai karena taka>thur. Adapun pengulangannya berfungsi untuk menekankan larangan dan ancaman. Sedangkan, latarawunna yang dimaksud pada ayat 6 dan 7 adalah melihat dengan mata. Penglihatan itu menjadi kuat dengan adanya lafadz ‘ain al-yaqi>n pada ayat 7, yakni melihat dengan yakin tanpa diliputi rasa keraguraguan dan semakin kuat dengan adanya huruf la>m dan nu>n tawki>d pada lafadz latarawunna. Saat itulah, hilang segala bentuk keragu-raguan, sangkaan, dan kebimbangan.