Dinamika Komunikasi Konselor Sebaya dalam Memberikan Layanan Konseling Di Masa Pandemi (Studi Pada Anggota PIKR Pelita Hati UINSI Samarinda)
Abstract
ABSTRAK
Cucung Isma Yanti, 2021. “Dinamika Komunikasi Konselor Sebaya dalam Memberikan Layanan Konseling Di Masa Pandemi (Studi Pada Anggota PIKR Pelita Hati UINSI Samarinda)”, Skripsi, Jurusan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Mursalim, M.A, selaku Pembimbing I dan A. Rivai Beta, M.I.Kom selaku Pembimbing II.
Di masa pandemi saat ini tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan konseling secara tatap muka. Sehingga, terdapat beberapa perubahan terkait kegiatan konseling. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat bagaimana dinamika dan perubahan tersebut. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana dinamika komunikasi konselor sebaya dalam memberikan layanan konseling serta bagaimana hambatan dan tantangan konselor sebaya dalam memberikan layanan konseling. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana dinamika komunikasi konselor sebaya dalam memberikan layanan konseling serta hambatan dan tantangannya.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Penelitian dilakukan pada anggota PIK-R Pelita Hati Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda dengan jumlah informan sebanyak 5 orang, yaitu ketua PIK-R Pelita Hati, koordinator bidang pendidikan, 2 anggota bidang pendidikan, dan konseli yang melakukan konseling sebaya pada PIK-R Pelita Hati. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah dinamika komunikasi konselor sebaya dalam memberikan layanan konseling di masa pandemic menggunakan jenis komunikasi verbal dan non-verbal. Hambatan dan tantangan konselor sebaya dalam melakukan konseling diantaranya kurangnya kepercayaan dari konseli, ketidakmampuan konselor untuk menunjukkan empati yang tepat, kurang siapnya mental konselor, perbedaan usia antara konselor dan konseli serta kesalah pahaman ketika konseling melalui chat.