Konsep Pendidikan Multikultural Ki Hajar Dewantara
Abstract
ABSTRAK
Siti Dwi Julikah, 2022. “Konsep Pendidikan Multikultural Ki Hajar Dewantara”. Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam, Jurusan Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruaan, Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda. Skripsi ini di tulis di bawah bimbingan Prof. Dr.H. Mukhamad Ilyasin, M.Pd sebagai pembimbing I dan Bapak Moh. Nasrun, M.Pd.I, sebagai pembimbing II.
Sistem pendidikan dan pengajaran Ki Hajar Dewantara mempunyai nilai-nilai filosofis yang mendalam dan sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan multikultural. Hal ini dapat dilihat secara jelas pada pandangan-pandangannya tentang pendidikan, baik pra kemerdekaan, maupun pasca kemerdekaan. Sistem Among adalah idenya untuk memonitor dan berkomunikasi dengan siswa didiknya. Selain itu, Ki Hajar Dewantara juga mengajarkan kepada kita bahwasanya seorang guru harus mengajar dengan cara masuk ke dunia anak didiknya bukan sebaliknya. Untuk melihat lebih jelas tentang konsep pendidikan multikultural maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui konsep pendidikan multikultural Ki Hajar Dewantara.
Jenis penelitian ini adalah termasuk dalam kategori kajian kepustakaan (library research) yaitu bentuk tampilan argumentasi penalaran keilmuan yang menjelaskan hasil studi pustakawan dan alam fikir peneliti tentang suatu persoalan. Data dan sumber data dengan data primer dan data skunder, teknik pengumpulan data dengan melakukan mencari data sumber penelitian berupa catatan atau tulisan, surat kabar, majalah atau jurnal dan sebagainya, teknik analisis data dengan cara melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola dan penarikan kesimpulan.
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini dalam konsep pendidikan multikultural Ki Hajar Dewantara mengedepankan tiga ajaran tentang pendidikan (tiga fatwa), yakni: Tetep (berkomitmen), antep (kepercayaan diri) dan mantep (tekun); ngandel (berpendirian tegak), kandel, kendel (keberanian) dan bandel (tahan uji); neng (perasaan), ning (keheningan), nung (renungan) dan nang (ketenangan). Ketiga fatwa pendidikan Ki Hajar tersebut tetap penting sebab ia memiliki kandungan makna yang berkualitas kemanusiawian, suatu kualitas yang merupakan bagian mendasar dari idealisme pendidikan sejak masa Yunani klasik.