dc.description.abstract | ABSTRAK
Fitria Nur Habibah, 2022. “Pandangan Pengurus MUI Kota Samarinda terhadap Praktik Pemasangan Bunny Teeth (Gigi Kelinci)”. Skripsi Jurusan Muamalah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Iskandar, M.Ag selaku pembimbing I dan Bapak Muzayyin Ahyar, S.Ud., M.S.I selaku pembimbing II.
Latar belakang penelitian ini adalah banyaknya umat Muslim baik perempuan maupun laki-laki yang menggunakan jasa pemasangan bunny teeth (gigi kelinci) di salon kecantikan maupun di klinik dokter gigi. Namun sebagian besar yang terjebak dalam larangan ini adalah para wanita, walaupun ada juga para lelaki yang merubah gigi aslinya menggunakan metode veneer gigi kelinci agar giginya terlihat lebih rapi, putih dan bersih. Ada beberapa pendapat para ulama yang berbeda-beda pendapatnya mengenai hal tersebut, yaitu dalam menetapkan hukum merubah fisik pada perempuan dan digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu pendapat ulama yang melarang, membolehkan dan bersyarat.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah para masyarakat umum dan para pengurus MUI Kota Samarinda. Objek penelitian ini mengenai pandangan hukum Islam pengurus MUI Kota Samarinda terhadap praktik pemasangan bunny teeth (gigi kelinci). Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan cara deskriptif analitis yaitu menggambarkan, memaparkan dan menganalisa hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.
Hasil dari penelitian ini adalah fenomena praktik pemasangan bunny teeth (gigi kelinci) oleh masyarakat umum di Kota Samarinda dilakukan karena adanya kerusakan pada gigi, faktor pekerjaan yang harus memaksimalkan penampilan agar terlihat menarik di depan pelanggan dan kebutuhan fashion atau bergaya semata. Pengurus MUI Kota Samarinda memperbolehkan adanya praktik pemasangan gigi kelinci di Kota Samarinda dengan tiga syarat, pertama adalah bahan-bahan pembuatannya sesuai dengan syariat Islam. Kedua, perihal niat baik atau niat buruk. Misalnya, terjadi kerusakan atau ada kecacatan pada bagian gigi yang mengakibatkan harus memperbaikinya. Terakhir yaitu tidak mendatangkan mudarat bagi umat Muslim. Metode istinbath yang digunakan oleh para pengurus MUI Kota Samarinda adalah istishab dan istishsan. Istishab dalam praktik bunny teeth (gigi kelinci) menurut pengurus MUI Kota Samarinda adalah suatu bentukkeindahan bagi wanita karena dianjurkan mempercantik diri zhohirnya. Istihsan dalam praktik bunny teeth (gigi kelinci) ini seseorang dapat lebih memaksimalkan dalam hal penampilan untuk pekerjaan ataupun menyenangkan dihadapan suami. | en_US |