dc.description.abstract | ABSTRAK
Bella Cahya Ridhani, 2022. Konsep Insecure dalam Pandangan Imam AlQusyairī dan Quraish Shihāb. Skripsi, Jurusan Qur’ān Hadiṡ, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Hj. Sy. Nurul Sobah, M.Si dan Hudriansyah, Lc., M.A.
Latar belakang penelitian ini karena banyaknya orang yang mengalami perasaan insecure yang disebabkan karena kegagalan/penolakan, kecemasan social dan rasa perfeksionisme yang tinggi. Perasaan insecure ini pun dapat membuat seseorang menjadi takut, sedih dan putus asa dalam menjalani hidupnya. Penelitian ini akan fokus pada dua hal, pertama bagaimana Konsep Insecure dalam Pandangan Imam Al-Qusyairī dan Quraish Shihāb. Kedua, bagaimana Pandangan Imam AlQusyairī dan Quraish Shihāb dalam Menghadapi Perasaan Insecure.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan jenis penelitian library research (kepustakaan), serta metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode muqaran dengan pemaparan isinya menggunakan analisis deskriptif. Sumber data penelitian ini menggunakan kitab Tafsīr Laṭāif al-Isyārat dan Tafsīr al-Miṣbāḥ sebagai sumber primer untuk menganalisis makna insecure dalam Alqurān dan didukung dengan literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
Adapun hasil yang diperoleh adalah terdapat tiga kata populer yang bermakna insecure dalam Alqurān, yaitu khauf, ḥazn dan ya’su. Dari 124 kata khauf, 42 kata ḥazn dan 13 kata ya’su dalam Alqurān, penulis membatasi kepada 5 ayat untuk mengkaji lebih dalam, yakni QS. Al-An’ām ayat 33, QS. Yûnus ayat 65, QS. AlBaqarah ayat 155, QS. Hûd ayat 9 dan QS. Al-Isrā’ ayat 83. Imam Al-Qusyairī dan Quraish Shihāb sepakat mengatakan bahwa konsep insecure adalah perasaan tidak aman yang diberikan oleh Allāh SWT untuk menguji rasa sabar, syukur, dan taat seorang hamba ketika diberi ujian baik itu dari dirinya sendiri, orang lain, ataupun kekuasan Allāh SWT. Kemudian perbedaan pendapat kedua mufassir terletak pada hal baik/buruk yang akan terjadi. Imam Al-Qusyairī mengatakan bahwa segala hal yang terjadi di dunia adalah karena kekuasaan Allāh SWT, sedangkan Quraish Shihāb mengatakan bahwa segala hal datang dari Allāh SWT sebab manusia itu sendiri. Kemudian, pandangan Imam Al-Qusyairī dalam menghadapi perasaan insecure adalah dengan cara berbuat baik, berdoa kepada Allāh SWT, bertawakal dan melakukan perubahan. Sedangkan menurut Quraish Shihāb adalah dengan cara self love, tidak merendahkan diri dan selau optimis. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan dari segi zaman dan corak tafsir. Imam Al-Qusyairī hidup pada zaman klasik dan corak dari kitab Tafsīr Laṭāif al-Isyārat adalah corak isyari sedangkan Quraish Shihāb hidup pada zaman modern yakni zaman sekarang dan menggunakan corak tafsir adabi al-ijtima’i dalam kitab Tafsīr al-Miṣbāḥ. | en_US |