Pesan Dakwah dalam Naskah Panji Salatin (Refleksi Filologis Manuskrip Kesultanan Kutai Kartanegara Indonesia)
Abstract
Manuskrip Panji Salatin merupakan salah satu warisan budaya yang sangat penting dalam
sejarah kesultanan Kutai Kartanegara di Indonesia. Manuskrip yang lahir pada masa
pemerintahan Pangeran Aji Sinum Panji Mendapa (1635-1650) ini berisi undang-undang
kesultanan dan menjadi awal yang paling menentukan dalam penyelenggaraan sistem
pemerintahan selanjutnya. Sebagai undang-undang, Panji Salatin tidak hanya dibuat untuk
sekedar kepentingan politik kekuasaan, tetapi juga untuk kepentingan dakwah agama dan
kebudayaan yang sarat dengan nilai-nilai keislaman. Tulisan ini bertujuan untuk mengekplorasi
pesan-pesan dakwah islamiyah yang terdapat dalam naskah Panji Salatin. Penelitian ini
didasarkan pada refleksi filologis dengan pendekatan historis fenomenologis untuk
menginterpretasi teks. Sumber data yang digunakan berupa salinan manuskrip undang-undang
Panji Salatin yang tersimpan di Museum Mulawarman Tenggarong Kutai Kartanegara. Indonesia.
Hasil analisis terhadap unit-unit teks yang terdapat dalam manuskrip Panji Salatin menunjukkan,
bahwa: 1). Dakwah bersumberkan pada norma agama dan etika budaya yang saling
berdampingan (syara’ menaiki-adat menuruni), sehingga ajaran agama menjadi terbuka untuk
budaya 2). Raja/Sultan harus menjadi simbol da’i bagi rakyat yang berfungsi mengayomi, dan
rakyat harus setia pada raja/Sultan, maka berlaku kaidah mengenai ketaatan pada “Ulil Amri”. 3).
Raja/sultan dan para bawahannya sama-sama tunduk pada sistem musyawarah mufakat
bersama ulama. Semua memiliki kedudukan yang sama di depan hukum. Tujuan dakwah adalah
untuk menegakkan prinsip keadilan.
Collections
- Karya Dosen [65]