dc.description.abstract | Fenomena khataman al-Quran adalah satu dari sekian banyak tradisi di Indonesia
yang membawa al-Quran di dalamnya.. Maka tradisi Khataman al-Quran
atau Khatmil Qur’an merupakan sebuah tradisi yang digelar sebagai bentuk rasa
syukur terhadap terlaksananya aktivitas menamatkan al-Quran baik secara bacaan
maupun hafalan.
Tradisi Khataman al-Quran ini tentu tidak begitu saja muncul di tengah masyarakat
Indonesia. Dalam ilmu Living Qur’an, ada asumsi teoritis bahwa setiap sikap maupun
tradisi yang membawa al-Quran di dalamnya merupakan bentuk dari fungsi
performatif al-Quran.
Tradisi Mappatemme Aqorang dalam ritual Mattampung adalah salah satu
tradisi bagi masyarakat Bugis dalam rangka mendoakan keluarga yang telah
meninggal. Tradisi ini dilakukan pada saat menjelang ritual mattampung, yang biasa
dilaksanakan sebagai puncak selamatan kepada orang yang telah meninggal. Tulisan
ini ingin menjelaskan tentang bagaimana tradisi mappatemme aqorang
(menkhatamkan al-Qur’an) saat ritual mattampung yang dilakukan oleh masyarakat
Bugis yang ada di Kaltim, karena tradisi ini masih tetap berlangsung hingga saat ini
sebagaimana tradisi ini dilakukan oleh para leluhur yang ada di tanah Bugis.
Penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif artinya suatu peneltian yang
dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum tentang tradisi mappatemme
aqorang. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenolgis dengan
menggunakan alat analasis teori tindakan sosial Max Weber.
Peneliti ini berkesimpulan bahwa tradisi mappatemme aqorang dalam ritual
mattampung adalah diyakini sebuah tradisi turun temurun yang telah diwariskan oleh
para leluhurnya dan sebagai tindakan spontanitas dilakukan oleh masyarakat Bugis
saat ada keluarga meninggal dengan melakukan pembacaan al-Qur’an termasuk di
dalam ritual mattampung. Di samping itu, tradisi ini secara sadar bahwa dengan
pembacaan al-Qur’an memberi efek psikologi bagi keluarga adanya kecemasan dan
kekhawatiran yang buruk. Terakhir adalah tradisi ini memberikan efek nilai dalam
berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Nilai-nilai yang terkadung adalah nilai
relegiutas (ibadah), sosial (silahturrahmi, solidaritas, dan pendidikan). | en_US |