KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DALAM USAHA KERAJINAN TENUN SARUNG SAMARINDA DI KOTA SAMARINDA
Abstract
Kesetaraan gender pada zaman sekarang menjadi isu yang penting. Gagasan tentang kesetaraan gender, membuka kemungkinan perempuan untuk berapresiasi secara bebas di depan publik. Tidak hanya dibuktikan dalam aturan perundang-undangan, pentingnya kesetaraan gender juga tercermin dalam aturan perubahan ketenagaketjaan yang membawa perubahan positif dalam kualitas hidup perempuan di bidang pendidikan, kesehatan maupun ekonomi. Salah satu kesetaraan gender yang menjadi issu dalam penelitian ini adalah pembagian beban kerja antara laki-laki dan perempuan dalam usaha kerajinan tenun sarung Samarinda di Kota Samarinda.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kesetaraan dan keadilan gender dalam pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga pengrajin tenun sarung Samarinda.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang melibatkan empat responden dan dua informan. Penelitian dilaksanakan di kelurahan kampung Tenun Samarinda yang terletak di wilayah Kecamatan samarinda Seberang. Pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Hasil analisa data menggunakan teori Miles dan Huberman yang terdiri dari empat tahap, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil analisis data disimpulkan bahwa akses yang didapatkan perempuan atas kesempatan memperoleh pekerjaan yang lebih kurang terealisasi. Perempuan tidak dapat bekerja di sektor lain karena strata pendidikan hanya rata-rata sampai pada Sekolah menengah pertama. Rendahnya pendidikan mereka berpengaruh pada sumber daya mereka, meski demikian mereka masih dapat meningkatkan keterampilan mereka karena pemerintah terkadang memfasilitasi dengan pelatihan. Perempuan pekerja sarung tenun Samarinda juga tidak dapat leluasa dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga. Peran masing-masing anggota keluarga sangat ditentukan oleh struktur kekuasaan laki-laki sebagai kepala keluarga yang secara hierarkis memiliki kewenangan paling tinggi dalam keputusan-keputusan keluarga. Meski demikian keputusan yang terkait dengan kerajinan sarung tenun diputuskan sendiri oleh perempuan. Ketimpangan pembagian peran antara laki-laki dan perempuan juga terjadi. Beban ganda dirasakan perempuan karena suami mereka kurang berperan dalam profesi mereka. Perempuan baru dapat menenun setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, mengepel, memasak, dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Hampir semua pekerjaan yang terkait dengan pengerjaan tenun sarung Samarinda dikerjakan perempuan, bahkan mengangkat jemuran setelah diwarnai pun kerap dilakukan sendiri oleh perempuan meskipun pekerjaan tersebut dapat dilakukan oleh laki-laki.
Collections
- Laporan Penelitian [46]