dc.description.abstract | ABSTRAK
Fahmi Faujar Syam, 2021. “ Kebenaran di Era Post-truth: Konstruksi Makna Radikalisme di Sosial Media. Skripsi, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Jurusan Penyiaran Islam, Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda”. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. M. Abzar D, S.Ag M.Ag dan Miftahur Ridho, M.Si.
Isu tentang radikalisme pada media cetak maupun media mainstream selama ini cenderung dikaitkan dengan agama. Secara tidak langsung media juga telah berperan dalam penyebaran isu tersebut baik disadari ataupun tidak, dengan memberikan visualisasi, narasi, dan penampilan simbol-simbol keagamaan kepada publik. Dengan adanya perkembangan media sosial yang cukup cepat, penyebaran isu radikalisme yang ada pada publik menjadi cukup beragam. Bisa dilihat dengan adanya konstruksi baru yang dibangun pada berbagai makna radikalisme oleh berbagai pengguna platform media sosial populer sekarang tentang pemaknaan radikalisme. Sehingga, ada beberapa pilihan tentang makna radikalisme pada ruang publik. Munculnya berbagai makna tersebut menjadikan masyarakat tidak memiliki kesepakatan tentang makna radikalisme kerena banyaknya konstruksi yang terbangun oleh platfrom media sosial.
Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan apa saja konstruksi makna radikalisme yang terjadi di platform media sosial khususnya pada Instagram. Dengan melakukan analisis pada jenis akun personal, pemerintahan dan pendidikan atau komunitas menggunakan pendekatan kualitatif dalam menganalisis data yang dikumpulkan melalui metode netnography dan library research. Penelitian ini juga menggunakan tiga pembagian makna radikalisme dari Paul Mclaughin dalam bukunya Radicalism dan pengamatan konstruksi pemaknaan radikalisme di sosial media instagram.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada berbagai makna radikalisme yang terkonstruksi pada platfrom instagram. Konstruksi radikalisme paling banyak dimaknai atau terkonstruksi sebagai kekerasan dan terorisme, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya postingan yang memberikan gambaran bahwa radikalisme terkait dengan hal tersebut. Dalam kasus yang lain, ada pula ditemukan bahwa radikalisme dikonstruksi dengan memberikan makna lain seperti radikalisme dianggap berasal dari agama, radikalisme sebagai ancaman bagi pemerintahan, dan radikalisme sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama mana pun. Akan tetapi, konstruksi-konstruksi makna tersebut tidak lebih banyak dibandingkan dengan konstruksi bahwa radikalisme yang dimaknai sebagai kekerasan dan terorisme.
Kata Kunci: Instagram, Konstruksi, Media Sosial, dan Radikalisme. | en_US |