Aplikasi Teori Anti-Sinonimitas Terhadap Makna Cinta Dunia Dalam Tafsir Al-Misbah
Abstract
ABSTRAK
Aditya Firmansyach Putra, 2023. Aplikasi Teori Anti-Sinonimitas Terhadap Makna Cinta Dunia Dalam Tafsir Al-Misbah. Skripsi, Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Hj. Noorthaibah, M.Ag dan Riska Dwi Agustin, M.A.
Alquran merupakan kitab suci umat Islam yang memiliki keunikan dalam penggunaan kosakata dan kedalaman bahasanya. Menurut Bintu Syathi’, tidak ada kosakata dalam Alquran yang memiliki kesamaan makna secara utuh. Hal tersebut menjadi alasan peneliti ingin mengkaji makna cinta dunia dalam Alquran menggunakan teori anti-sinonimitas. Sebab, terdapat penelitian yang menyebut cinta dunia dengan kata yang berbeda, yakni; al-wahn, hubbuddunya, dan al-‘ājilah. Namun pada umumnya cinta dunia sering kali dikaitkan pada kekayaan, jabatan, dan hal-hal yang bersifat ke-duniawian lainnya. Oleh karena itu, perlu memberi pemahaman ulang terkait makna cinta dunia di dalam Alquran. Teori antisinonimitas dikenal sebagai teori yang mengungkap makna-makna tersembunyi di dalam Alquran, khususnya kata yang dianggap memiliki kesamaan makna. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengkaji makna cinta dunia berdasarkan teori anti-sinonimitas dan juga membuktikan apakah benar seorang muslim yang memiliki kekayaan, jabatan dan berbagai kenikmatan duniawi tergolong cinta dunia.
Penelitian ini termasuk dalam jenis library research (penelitian kepustakaan), dengan mengumpulkan data dari berbagai dokumen, terutama ayat-ayat Alquran dan kitab tafsir Al-Misbah. Data yang digunakan pada penelitian ini akan dianalisis melalui aplikasi teori anti-sinonimitas untuk menghasilkan pemahaman yang lebih komprehensif.
Berdasarkan aplikasi teori anti-sinonimitas, peneliti menemukan cinta dunia dalam Alquran disebut sebanyak empat kali dalam surah yang berbeda. Diantaranya adalah surah Ibrahim: 3 “yastahibbuna al-hayāt al-dunya”, An-Nahl: 107 “istahibbuna al-hayāt al-dunya”, Al-Qiyamah: 20 “tuhibbun al-‘ājilah”, Al-Insan: 27 “yuhibbuna al-‘ājilah”. Kata “Al-hayāt al-dunyā” ditemukan sebanyak (59) kali dalam Alquran. Sedangkan kata “al-‘ājilah” ditemukan sebanyak (3) kali dalam Alquran. Disebut “yastahibbuna al-hayāt al-dunya” karena mencintai berbagai macam aneka kenikmatan duniawi yang merupakan fitrah dari manusia. Berbeda dengan penggunaan istilah “yuhibbuna al-‘ājilah” dalam Alquran. Disebut “yuhibbuna al-‘ājilah” karena mencintai bagian dunia saja dan mengabaikan akhirat, karena al-‘ājilah artinya kehidupan sekarang. Sehingga ayat-ayat yang menggunakan kata “al-‘ājilah” dalam Alquran, berisi tentang peringatan, larangan, dan siksa neraka. Cinta dunia yang terdapat dalam Tafsir Al-Misbah adalah bukan kecaman bagi mereka yang memperhatikan dunianya selama perhatian itu dimaksudkan untuk dijadikan sarana memperoleh kebahagiaan akhirat. Sebab, tidak ada jalan untuk meraih kebahagiaan akhirat kecuali melalui amalan duniawi.