dc.description.abstract | ABSTRAK
Hanifah Tarisa Budiyanti, 2023. Makna Ittiba’ Dalam Al-Qur’an (Studi Komparasi Ayat-Ayat Tentang Ittiba’ Perspektif Sayyid Quthb dan HAMKA dalam Kitab Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān dan Tafsir Al-Azhar. Skripsi. Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda. Penelitian ini dibimbing oleh H. Bunyamin, Lc. M. Ag dan Ibnu Khaldun M. IRKH.
Latar belakang penelitian ini adalah fenomena Tasyyabbuh yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Tasyabbuh sendiri adalah perbuatan atau sikap yang menyerupai sesuatu yang lain baik dari segi sifat, tingkah laku, perkataan dan penampilan yang kemudian menjadi perilaku kesehariannya. Dalam konteks dalil-dalil Al-Qur’an dan hadis, tasyabbuh bermakna menyerupai suatu kaum atau golongan tertentu yang menyangkut akidah, ibadah dan perilaku yang menjadi karakteristik kaum tersebut. Sedangkan pada hakikatnya umat Islam diperintahkan untuk ittiba’ yaitu meneladani dan mengikuti segala sesuatu yang datang dari Rasulullah saw., dan dilarang untuk ber-ittiba’ kepada selain yang diajarkan oleh Nabi saw., Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna ittiba’ dalam Al-Qur’an, yakni pada QS. Al-Baqarah: 120 dan QS. Ali Imran: 31 menurut pandangan Sayyid Quthb dalam tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān dan HAMKA dalam tafsir Al-Azhar.
Penelitian ini menggunakan metode jenis penelitian Kepustakaan (library research), yaitu dengan melakukan analisis dan kajian terhadap bahan-bahan yang bersumber dari kepustakaan seperti buku, catatan manuskrip, laporan hasil penelitian, hadis yang sesuai dan kitab tafsir. Melalui teknik pengumpulan data, peneliti mengggunakan studi dokumen guna mendukung penelitian ini. Peneliti menggunakan dua jenis sumber data, yaitu data primer berupa tafsir Fī Ẓilāl alQur’ān karya Sayyid Quthb dan tafsir Al-Azhar karya HAMKA, dan data sekunder berupa literatur atau data pendukung setelah data primer.
Hasil yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa umat Islam wajib ittiba’ kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai pembuktian iman mereka dan dilarang untuk ittiba’ kepada selain yang diperintahkan Al-Qur’an dalam hal ini disebut dengan istilah tasyabbuh sebagaimana penafsiran Sayyid Quthb dan HAMKA dalam QS Al-Baqarah [2]: 120 yang menyatakan kaum Yahudi dan Nasrani sampai hari kiamat akan terus melakukan propaganda dan tipu daya untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya. Oleh karenanya pentingnya ittiba’ agar tidak tenggelam dalam perbuatan taqlid semata, mengikuti nenek moyang atau tradisi jahilyah yang sesat sehingga menyebabkan mereka sulit tunduk pada kebenaran. Sebagaimana yang disampaikan Sayyid Quthb dan HAMKA bahwa cinta kepada Allah tidak hanya dibuktikan dengan lisan saja melainkan dengan ittiba’ kepada Rasulullah saw., dan ittiba’ kepada Rasul tidak cukup dengan mengimaninya saja, mengucapkan dalam syahadat dan bersholawat, namun juga mesti mengikuti segala sesuatu yang diwahyukan Allah melalui beliau. | en_US |