Karakteristik Penafsiran KH. Maimoen Zubair terhadap Al-Quran (Studi Metodologi Tafsir Safīnah Kallā Saya’lamūn fī Tafsīr Syaikhinā Maimūn)
Abstract
ABSTRAK
Muhammad Andi Saputra, 2024. “Karakteristik Penafsiran KH. Maimoen Zubair terhadap Al-Quran (Studi Metodologi Tafsir Safīnah Kallā Saya’lamūn fī Tafsīr Syaikhinā Maimūn)”. Penelitian ini dibimbing oleh Prof. Dr. Abdul Majid, M.A dan Ashrun Mubarak Malik, Lc, M.A.
Perkembangan tafsir Al-Quran begitu pesat dan dinamis dari masa ke masa. Berbagai macam karya tafsir telah ditulis oleh para ulama baik dari masa klasik hingga kontemporer, termasuk ulama dari nusantara. Di antara karya tafsir nusantara yang tergolong baru ialah kitab Safīnah Kallā Saya’lamūn fī Tafsīr Syaikhinā Maimūn karya Muhammad Ismail Al-Ascholy. Kondisi tersebut memicu diskursus metodologi penafsiran yang digunakan pada tiap karya tafsir yang meliputi sumber penafsiran, metode penafsiran, dan corak penafsiran. Hingga saat ini, terdapat berbagai macam model tafsir yang memiliki kelebihan dan keterbatasan masing-masing berdasarkan ketiga unsur tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metodologi tafsir yang digunakan pada kitab Safīnah Kallā Saya’lamūn fī Tafsīr Syaikhinā Maimūn, yakni meliputi metode tafsir dan corak tafsir yang digunakan serta kelebihan dan keterbatasan kitab tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, berbentuk studi pustaka atau literatur (library research), dengan pendekatan penelitian tokoh. Teknik analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dan objek dalam penelitian ini adalah kitab Safīnah Kallā Saya’lamūn fī Tafsīr Syaikhinā Maimūn karya Muhammad Ismail Al-Ascholy.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kitab Safīnah Kallā Saya’lamūn fī Tafsīr Syaikhinā Maimūn terdiri dari dua juz dengan menggunakan metode tafsir yang berbeda. Juz pertama menggunakan metode tafsir maudū’ī (tematik), sedangkan juz kedua menggunakan metode tafsir tahlīlī. Corak yang digunakan pada kitab tafsir tersebut umunya ialah adabī ijtimā’ī. Namun, dalam beberapa penafsiran juga disertakan corak-corak yang lain seperti corak lugawī dan sufistik isyārī. Isi penafsiran kitab tersebut sangat relevan dengan kondisi umat Islam saat ini, khususnya masyarakat Indonesia. Pemisahan juz pertama dan juz kedua serta penggunaan bahasa Arab pada kitab tersebut merupakan langkah yang efektif untuk mengemas pemahaman KH. Maimoen. Namun dalam konteks keindonesiaan,penggunaan bahasa Arab justru menyulitkan pembaca yang tidak menguasai bahasa tersebut. Selain itu, pendekatan tematik pada juz pertama mengakibatkan pemangkasan bagian ayat yang tidak terkait dengan tema tertentu serta ulasan tafsir yang terkesan ringkas. Adapun juz kedua hanya memuat tafsir surah Al-Anbiya’ ayat 1—84 dan ulasan tafsirnya tidak sepadat juz pertama.