dc.description.abstract | Indri Yani, 2024. “Penerimaan Diri pada Ibu Pasca Kematian Anak di Desa Bakungan”. Skripsi, Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah, Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Hj. Sy. Nurul Syobah, M.Si dan Ibu Rini Fitriani Permatasari, S.Psi., M.A.
Kematian anak merupakan salah satu bentuk duka yang paling mendalam dan sulit untuk dihadapi, terlebih seorang ibu tidak pernah terlintas membayangkan kematian anak mereka secara tiba-tiba. Kematian anak seringkali memicu proses duka yang berkepanjangan. Untuk mencapai penerimaan diri, menurut Kubler-Ross seseorang akan melewati lima tahapan, yaitu penyangkalan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan terakhir, penerimaan diri. Dalam perspektif Islam, penerimaan diri sering dipandang melalui konsep ikhlas dan rida, yang menjadi pegangan bagi seorang muslim dalam menghadapi duka.
Selama tahapan mencapai penerimaan diri, kesedihan mendalam yang dirasakan ibu setelah kehilangan anak pasti akan berdampak pada kesehatan psikologis. Tentunya, proses ini sangat kompleks dan memerlukan waktu yang berbeda-beda bagi setiap ibu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan penerimaan diri pada ibu pasca kematian anak, mengetahui dampak psikologis yang timbul setelah kematian anak, dan mengetahui penerimaan diri dari perspektif Islam.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi. Dalam pengumpulan data yang digunakan adalah berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informan penelitian ini berjumlah tiga orang ibu yang anaknya telah meninggal dunia dengan penyebab kematian kecelakaan lalu lintas, dan anak yang meninggal adalah anak terakhir. Lokasi penelitian ini berada di Desa Bakungan, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga informan belum mencapai penerimaan diri dan tidak mengalami tahapan yang sama pada teori Kubler-Ross. Seperti informan pertama mengalami tahapan kemarahan, tawar-menawar, dan depresi. Sedangkan informan kedua mengalami tahapan penyangkalan, kemarahan, tawar-menawar, dan depresi. Sedangkan informan ketiga hanya mengalami tahapan penyangkalan dan depresi. Adapun dampak psikologis yang dirasakan oleh ketiga informan meliputi mati rasa, kesedihan, kerinduan, stres, dan hingga trauma.
Dalam perspektif Islam, menurut pandangan informan adalah ikhlas dan rida, namun penerimaan ini baru sebatas lisan. Hal ini disebabkan mengingat ikatan yang kuat antara ibu dan anak. Agar dapat mencapai ikhlas, diperlukan pendekatan yang memperkuat pemahaman informan tentang ikhlas seperti melakukan terapi spiritual ke ustadz/ustadzah atau terapis Islam, serta diperkuat dengan dukungan keluarga yang selalu mendampingi dan mendengarkan segala perasaan yang diluapkan oleh informan, sehingga hal ini dapat membantu mencapai penerimaan diri dengan ketulusan hati. | en_US |