ANALISIS KOMPARASI STUDI LIVING QUR’AN DALAM PELAKSANAAN TRADISI TUJUH BULANAN PADA MASYARAKAT SUKU JAWA DAN BANJAR DI SAMARINDA
Abstract
Rizal Jibran, 2024. “Analisis Komparasi Studi Living Qur’an Dalam Pelaksanaan Tradisi Tujuh Bulanan Pada Masyarakat Suku Jawa Dan Banjar Di Samarinda”. Skripsi. Program Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, Jurusan Qur’an Hadis, Fakultas Ushuluddin, Adab, Dan Dakwah, Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Mursalim, M.Ag dan Bapak Amirullah, M.Ud.
Penelitian ini bukan hanya mengkaji ritual pelaksanaan tradisi tujuh bulanan dengan rangkaian pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi juga melihat makna dan tujuan yang diyakini oleh masyarakat sehingga Al-Qur’an dapat merasuk dalam tradisi tersebut. Masyarakat suku Jawa dan suku Banjar dipilih sebagai subjek penelitian ini karena merupakan dua suku yang memiliki jumlah terbanyak di Samarinda. Jumlah masyarakat yang berasal dari suku Jawa di Samarinda sebanyak 36,7% dan suku Banjar sebanyak 24,14% dari total keseluruhan jumlah penduduk Kota Samarinda.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data berasal dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian dilakukan uji keabsahan data dengan metode triangulasi dan member check. Data yang berhasil dikumpulkan diolah dengan analisis model interaktif menurut Miles, Huberman, dan Saldana, yaitu pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an pada tradisi tujuh bulanan masyarakat suku Jawa di Samarinda ialah dengan membacakan Surah Yusuf, Maryam, dan Ali Imran. Sedangkan pada masyarakat suku Banjar membacakan Surah Yasin, Surah Al-Waqiah, Surah Al-Mulk, Surah Yusuf, Surah An-Nisa, dan Al-Fatihah Ampat, yakni Surah Al-Fatihah, Surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas. Makna dari pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an pada tradisi tujuh bulanan menurut kepercayaan masyarakat suku Jawa di Samarinda untuk mendoakan bayi dan ibunya serta memberi ketenangan pada ibunya agar tidak khawatir dalam menghadapi persalinan. Sedangkan pada suku Banjar dipercaya untuk memohon keselamatan dan perlindungan bagi ibu hamil dan bayinya dari gangguan-gangguan alam gaib, serta memohon kemudahan dan kekuatan bagi ibu dan bayi untuk menghadapi persalinan.
Persamaan praktik pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an pada tradisi mandi tujuh bulanan antara suku Jawa dan suku Banjar terletak pada tujuan melaksanakannya, yaitu mendoakan keselamatan dan kesehatan bagi bayi dan ibu hamil serta memberi ketenangan kepada ibu hamil agar tidak khawatir dalam menghadapi persalinan. Sedangkan perbedaan terletak pada alasan yang melatarbelakangi dilaksanakannya tradisi tersebut, pilihan surah yang dibacakan, dan prosesi pelaksanaan tradisi mandi tujuh bulanan.