dc.description.abstract | Miftahul Ramadhani, 2024. “Perilaku Patologis Perspektif al-Qur’an (Analisis Semantik Toshihiko Izutsu)”. Tesis. Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda. Penelitian ini dibimbing oleh Prof. Dr. Bambang Iswanto, MH sebagai pembimbing I dan Dr. H. Fuad Fansuri, Lc., M.Th.I sebagai pembimbing II.
Latar belakang penelitian ini adalah perilaku patologis merupakan penyakit akhlak yang menyerang jiwa manusia. Adanya kerusakan atau perilaku patologis sebenarnya telah diisyaratkan dalam al-Qur’an. Islam telah menempatkan perilaku patologis sebagai salah satu masalah yang perlu diperhatikan. Berbagai macam kata telah dijelaskan dalam al-Qur’an untuk menunjukkan perilaku patologis, di antaranya adalah kata syirk, takabbur, dan ẓulm. Dalam meneliti perilaku patologis yang terdapat pada kata syirk, takabbur, dan ẓulm, penulis menggunakan semantik Toshihiko Izutsu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna kata tersebut agar dapat memunculkan makna yang utuh serta relevansinya terhadap perilaku patologis dalam konteks masa kini.
Jenis penelitian ini adalah kepustakaan (library research). Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan semantik dengan sumber data yang meliputi: sumber primer (al-Qur’an, hadis, dan buku Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap al-Qur’an karya Toshihiko Izutsu) dan sumber sekunder (karya-karya yang memiliki relevansi dengan perilaku patologis). Dalam mencari dan mengolah data, metode kepustakaan selanjutnya akan dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analisis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa weltanschauung kata syirk, takabbur, dan ẓulm dalam al-Qur’an membentuk sistem kosakata yang berhubungan erat dengan al-Qur’an. Pada konsepsi jahiliah, kata syirk, takabbur, dan ẓulm tidak bergeser dari makna dasarnya. Sementara pada periode Qur’anik dan pasca Qur’anik, tidak ditemukan pergeseran makna yang signifikan antara konsepsi syirk, takabbur, dan ẓulm. Namun pada periode pasca Qur’anik, kata syirk, takabbur, dan ẓulm mengalami penarikan makna yang lebih luas dan variatif. Penarikan makna tersebut tidak sampai keluar dari weltanschauung syirk, takabbur, dan ẓulm dalam al-Qur’an, justru semakin menguatkan bahwa ketiga makna kata tersebut menunjukkan kepada sesuatu yang tidak disukai oleh Allah dan mengandung unsur dosa besar. Hal ini bertujuan untuk menguatkan iman dan mendapatkan pelajaran atau hikmah di dalam al-Qur’an, serta menginformasikan bahwa siapa saja yang berbuat syirk, bersifat takabbur, dan berbuat kezaliman di muka bumi akan mendapatkan balasan dan siksaan yang pedih dari Allah baik di dunia maupun di akhirat. | en_US |