ANALISIS SEMIOTIKA KONSTRUKSI BANGUNAN ISLAMIC CENTER KALIMANTAN TIMUR
Abstract
Margyna Agusthianty, “Analisis Semiotika Konstruksi Bangunan Islamic Center Kaltim”. Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Hj. Ida Suryani Wijaya, M.Si dan Dr. Sitti Syahar Inayah, S.Ag., M.Si.
Latar belakang penelitian ini menjelaskan bahwa bangunan masjid yang dirancang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah dan bernilai keindahan saja, tetapi bangunan tersebut memiliki makna berarti yang tertuang dalam tanda (sign). Sebagai penanda dan petanda yang bukan kalimat, pembaca bisa saja keliru dalam menginterpretasikan maksud dari sebuah objek. Maka melalui tanda, objek dirancang sedemikian rupa untuk mewakili makna yang bisa dipahami dengan cara membaca teks yang bukan kalimat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi untuk menganalisis fenomena yang tergambar dalam makna pada sebuah simbol atau tanda. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika Roland Barthes pada makna denotasi, konotasi, dan mitos. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan analisis semiotika konstruksi bangunan Islamic Center Kaltim.
Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa bagian bangunan yang memiliki makna, yaitu: gerbang utama dengan tiga pintu sebagai perwujudan iman, islam, dan ihsan; gerbang kedua dengan lima pintu sebagai perlambangan rukun islam; tangga tasbih sebagai perlambangan sepertiga jumlah biji tasbih; kaligrafi dengan makna Ahad (Esa); dan selasar tapal kuda yang merupakan simbol kesucian. Makna denotasi bintang adalah benda langit yang mampu menghasilkan energi sendiri, pada konotasi diinterpretasikan dalam sudut lima, delapan, sepuluh, dan dua belas sebagai perlambangan rukun iman, peristiwa hijrah Nabi di gua Tsur, serta simbol waktu siang dan malam. Fenomena mitos bintang dimaknai sebagai simbol kejayaan, cahaya yang bersinar di kegelapan, simbol kekuatan ruh yang berjuang melawan kekuatan kegelapan, dan bintang menyala sebagai simbol mistik serta pusat kekuatan alam semesta dalam pemuaian. Denotasi bulan sabit adalah bulan yang berbentuk lengkung, konotasinya bulan merupakan simbol perwujudan kekuasaan Allah Swt dalam menciptakan alam semesta, sedangkan fenomena mitosnya dihubungkan dengan siklus bulan dan siklus fisiologis wanita sebagai simbol feminin serta bulan sebagai perantara antara bumi dan langit. Denotasi menara adalah bagian bangunan yang dibuat jauh lebih tinggi daripada bangunan induknya. Konotasi menara adalah Asmaul Husna karena memiliki ketinggian 99 m dihiasi kaligrafi sebagai perlambangan Asmaul Husna, dan enam menara lainnya sebagai perlambangan rukun iman. Pada mitosnya menara diartikan sebagai simbol pendakian yang diasosiasikan dengan tangga yang menghubungkan bumi ke surga.