Kemiskinan Dalam Al-quran: Suatu Tinjauan Teologis
Abstract
Pembahasan dalam buku ini berkenaan dengan kemiskinan
dalam Al-Qur’an. Tema pokok yang dikedepankan dalam buku ini
adalah bagaimana eksistensi kemiskinan dalam pandangan AlQur’an. Analisis yang digunakan berdasarkan kajian teologis
dengan tafsir tematik dan melalui metode kualitatif
Sedikitnya terdapat sepuluh istilah yang digunakan AlQur’an yang berkenaan dengan kemiskinan. Dari 10 kosa kata itu,
ada yang secara eksplisit menunjuk kepada arti kemiskinan, dan
ada yang secara implisit menunjuk kepada karakteristik atau ciriciri yang melekat pada penyandang kemiskinan. Beberapa istilah
tersebut adalah: al-maskanah, al-faqr, al-sāil, al-ailah, al-ba’sa,
al-imlāq, al-mahrūm, al-qāni, al-mu’tar, al-mustadh’af/ad-dha’if.
Masalah kemiskinan yang terungkap dalam Al-Qur’an
lebih terfokus pada manusia sebagai penyandang kemiskinan. Hal
ini menunjukkan bahwa kemiskinan merupakan persoalan
kemanusiaan. Dengan demikian, manusia sedapat mungkin harus
berusaha untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan tersebut.
Secara garis besar, terdapat tiga konsep yang
dikedepankan oleh Al-Qur’an dalam upaya meminimalkan
kemiskinan. Pertama, doktrin akan pentingnya etos kerja. Salah
satu penyebab terjadinya kemiskinan adalah karena lemahnya etos
kerja. Dalam beberapa ayat Al-Qur’an, Allah sangat menghargai
umat manusia yang memiliki etos kerja yang tinggi. Kedua,
pentingnya rasa solidaritas terhadap sesama manusia. Pada
beberapa ayat, Al-Qur’an mengemukakan tentang adanya
tanggung jawab orang-orang kaya atas keluarganya (kerabat) yang
membutuhkan bantuan. Ketiga, tanggung jawab pemerintah
dalam hal pendistribusian aset-aset ekonomi yang memang
selayaknya dinikmati secara bersama-sama. Karena
kepemimpinan merupakan amanah, sementara amanah wajib
ditunaikan dengan baik dan benar.