Show simple item record

dc.contributor.authorSusilawati, Susilawati
dc.date.accessioned2022-11-01T07:17:53Z
dc.date.available2022-11-01T07:17:53Z
dc.date.issued2019-12-15
dc.identifier.urihttp://repository.uinsi.ac.id/handle/123456789/1959
dc.description.abstractABSTRAK Susilawati, 2019. Model Komunikasi Ibu dengan Anak Pengguna Gawai Aktif di Desa Santan Ilir Kecamatan Marangkayu. Skripsi, Jurusan Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Sitti Syahar Inayah, S.Ag., M.Si dan Hudriansyah Lc., M.A. Penelitian ini berangkat dari kegelisahan peneliti terhadap dampak buruk penggunaan gawai di kalangan anak-anak. Pada dasarnya, penggunaan gawai secara aktif telah merubah perilaku sosial masyarakat menjadi masyarakat yang anti sosial, tertutup dan cenderung individualistik. Kecenderungan-kecenderungan negatif tersebut sangat dipengaruhi oleh pola komunikasi ibu dan anak. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berusaha memahami faktor-faktor yang memengaruhi dan membentuk model komunikasi mereka. Dengan menggunakan model komunikasi Berlo, penelitian ini berusaha mengungkap model komunikasi ibu dengan anak pengguna gawai aktif di Desa Santan Ilir Kecamatan Marangkayu Kab. Kutai Kartanegara. Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif-deskriptif di mana pengumpulan data dilaksanakan melalui wawancara mendalam terhadap ibu-ibu yang telah memenuhi kriteria sebagai pengguna gawai aktif, observasi yaitu dengan cara mengamati hubungan ibu dengan anak pengguna gawai aktif, yaitu mengamati keterampilan berkomunikasi, tingkat pengetahuan, sikap, system sosial-budaya, dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian dengan menggunakan teori komunikasi Berlo, peneliti menemukan bahwa faktor pengetahuan dan sistem sosial-budaya sangat mempengaruhi keterampilan para ibu dan anak pengguna gawai aktif dalam berkomunikasi dan menentukan sikap. Mereka yang tingkat pengetahuannya lebih mapan cenderung demokratis yaitu mampu berkomunikasi dan bersikap lebih baik jika dibandingkan dengan mereka yang tingkat pengetahuannya rendah. Demikian juga, faktor sosial-budaya yang dibangun dalam keluarga turut mempegaruhi cara-cara ibu dalam berkomunikasi dengan anak. Mereka yang terbiasa dengan budaya diskusi cenderung lebih demokratis yaitu dengan mengajak anak untuk berdiskusi, menegur dan menasehati anak tentang dampak penggunaan gawai dalam jangka waktu panjang. Sementara mereka yang tidak terbiasa dengan budaya diskusi cenderung lebih permisif yaitu memberikan kebebasan terhadap anak dalam penggunaan gawai tanpa di sertai dengan pengawasan dan pendampingan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa faktor pengetahuan dan sistem sosial-budaya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dan membentuk model komunikasi ibu dan anak dalam penggunaan gawai. Meski demikian, terdapat faktor-faktor pendukung lain yang turut mempengaruhi cara komunikasi ibu dan anak seperti durasi kerja yang panjang, kelelahan hingga terbatasnya waktu bersama keluarga.en_US
dc.publisherIAIN Samarindaen_US
dc.subjectModel, Komunikasi, Ibu dengan Anak, Pengguna Gawai Aktifen_US
dc.titleModel Komunikasi Ibu dengan Anak Pengguna Gawai Aktif di Desa Santan Ilir Kecamatan Marangkayuen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record